TERKUAK : BOCORAN DARI EO PT CATALUNA SPORTINDO, TERNYATA TIDAK ADA SPONSOR DAN HAK SIAR TV YANG LAKU UNTUK PIALA KEMERDEKAAN, TVRI HANYA TERPAKSA SIARKAN BABAK PEREMPAT FINAL TURNAMEN KARENA DIPAKSA MENPORA IMAM NAHRAWI. WAWANCARA EKSKLUSIF DENGAN NARASUMBER PIHAK PT CATALUNA SPORTINDO.

Ternyata penyelenggaran hancur hancuran Piala Kemerdekaan kebanggaan Menpora Imam Nahrawi dan Tim Transisi terus berlanjut. Setelah banyaknya wasit yang selalu berpihak pada satu kubu tim dan menerapkan aturan pertandingan seenaknya saja melanggar Peraturan FIFA, juga setelah adanya Wasit Diving untuk pertama kali dalam sejarah sepakbola Dunia, ditambah lagi oknum penyusup tidak dikenal yang ‘nebeng’ menjadi wasit fiktif/palsu dan adanya Mafia Wasit yang telah dipecat PSSI, yang turut memeriahkan Piala Kemerdekaan tersebut, kali ini terbongkar kembali kebusukan kelompok Mafia Menpora Imam Nahrawi dan Tim Transisi tersebut.

Pada hari Rabu lalu (26 Agustus 2015), rekan Tim Revolusi PSSI yang juga sebagai jurnalis dari perusahaan Media suratkabar terkemuka berhasil mewawancarai sumber dari EO PT Cataluna Sportindo. Dalam wawancara Ekslusif, Sumber tersebut membocorkan kronologis keterlibatan EO Cataluna dalam Piala Kemerdekaan tersebut yang jauh dari harapan tersebut.

“Begini mas, singkat saja, kami tidak mengira bahwa Piala Kemerdekaan itu mengalami banyak masalah yang seharusnya diselesaikan oleh klien (Tim Transisi) sebelum merekrut kami ini. Salah satu contohnya hak siar Televisi,” ujar sumber memulai wawancaranya tersebut.

“Saat itu saya hadir di gedung Kemenpora, disana ada perwakilan Tim Transisi, juga Menpora dan Pak Gatot (Kemenpora). Hadir juga dari 3 stasiun TV, Net TV, Indosiar, Kompas TV. Kami mengira akan ada kesepakatan kontrak bisnis antara 3 stasiun Televisi itu dengan pihak kemenpora. Tapi yang terjadi sungguh tidak terduga. Net TV dan Indosiar hanya sampaikan pengunduran diri dari proses kesepakatan tersebut,” ujar sumber yang menolak untuk disebutkan jatidirinya tersebut.

“Seingat saya, Net TV beralasan bahwa harga untuk pembelian hak siar yang dipatok oleh Tim Transisi tidak masuk akal, kalau dilihat dari hitungan, dikatakan hanya laku seperlimanya saja. Sedangkan Indosiar menerangkan bahwa mereka sudah terlanjur sepakat untuk siaran pertandingan PIala Presiden. Indosiar beralasan bahwa Piala Presiden punya nilai jual yang lebih baik karena adanya tim tim ISL yang nilai value-nya sangat tinggi, juga keberadaan Mahaka Sport sendiri telah diakui dunia sebagai penyelenggara olahraga profesional,” ungkap sumber.

“Kompas TV waktu itu bersedia menyiarkan Piala Kemerdekaan dengan syarat tarif hak siarnya adalah seperlima-nya dari patokan Tim Transisi, itupun untuk siaran yang melibatkan tim PSMS Medan saja yang dinilai sebagai satu satunya tim layak untuk disiarkan,”ujar sumber.

“Bapak Menpora pun menolak syarat dari Kompas TV, beliau sepertinya tersinggung waktu itu, sempat bicara, masa Piala Kemerdekaan diselenggarakan Pemerintah harganya cuma segitu? Mau ditaruh dimana muka pemerintah,” ujar sumber menirukan ucapan Menpora.

Sumber yang menolak disebutkan identitasnya tersebut kemudian menerangkan bagaimana TVRI pun akhirnya yang akan menayangkan laga perempat final tersebut.

“Kompas TV pun pamit undur diri. Kami dibuat bengong, ternyata 3 stasiun TV kabur semua tidak ada yang mau menayangkan Piala Kemerdekaan. Bapak Menpora waktu itu terlihat gusar, berkata ke Pak Gatot, ‘harus ada siaran TV’, kita jangan sampai menjadi cibiran publik’. Saya melihat Pak Gatot mengeluarkan telpon genggamnya kemudian menelpon seseorang. Saya dengar dia sebutkan ingin berbicara dengan Pak Agus Direktur Penyiaran TVRI,” terang sumber.

“Setelah selesai telpon, beliau (Gatot Dewa Suryobroto) sampaikan bahwa persoalan penyiaran sudah kelar. TVRI disebut telah bersedia menayangkan perempat final Piala Kemerdekaan. Untuk Penyisihan tidak bisa karena alasannya waktu mepet sehingga tidak memungkinkan untuk dipasangkan peralatan penyiaran di lapangan dalam waktu singkat resiko pengambilan sudut gambar bisa kacau,” ungkap sumber.

Sumber terbut kemudian melanjutkan keterangannya terkait pendanaan Turnamen Piala Kemerdekaan tersebut.

“Kalau tidak salah, lusanya saya ditelpon disuruh oleh bos saya Bapak Darius Sinatra untuk menemani Pak Johannes Indra (Direktur Lapangan PT Cataluna) ke gedung Kemenpora. Ternyata muncul masalah baru ternyata sponsor tidak ada. Tadinya kami dengar dari BOPI katanya Bank Mandiri yang akan menjadi sponsor, ternyata itu tidak benar,” ungkap Sumber.

“Malah kami disuruh oleh Menpora untuk mencari sponsor. Aduh, jujur saja mas, yang namanya EO itu hanya menyiapkan dan memastikan penyelenggaraan acara berjalan dengan sukses, tapi urusan sponsor biasanya telah disiapkan oleh klien, kami tinggal melaksanakan saja. Tapi justru kami malah disuruh Tim Transisi dan Menpora untuk cari sponsor, sangat tidak mungkin, apalagi Turnamen tinggal 5 hari lagi,” keluh sumber.

“Kami pun dibuat pontang panting kesana kemari menawarkan proposal yang juga kami harus buat sendiri itu ke perusahaan perusahaan. Semuanya menolak, saya tahu yang namanya sponsor itu minimal harus diajukan proposalnya paling lambat sebulan dari hari H, sedangkan ini 5 hari. Ditambah lagi harus ada negosiasi dulu mengenai besaran dana yang bersedia dikucurkan oleh sponsor. Sedangkan untuk Piala Kemerdekaan, Dana Budget sudah dipatok oleh Tim Transisi, ya jelas sulit membuat sponsor mau keluarkan uangnya itu,” terang sumber mengkritik Tim Transisi.

Saat ditanya oleh rekan yang jadi bagian dalam Tim Revolusi PSSI, terkait Bank Mandiri tersebut, Sumber menjelaskan bahwa Bank Mandiri bukan sebagai sponsor tapi hanya sebagai pihak yang meminjamkan uang.

“Kami pun disalahkan oleh Pak Gatot dan Pak Zuhairi (Tim Transisi), kami disebut tidak becus untuk mencari sponsor, ya sudah kami diam saja daripada argumen tak ada gunanya dengan mereka itu. Besoknya Pak Gatot sampaikan kabar bahwa Bank Mandiri bersedia mengucurkan uangnya tapi bukan sebagai sponsor tapi hanya menalangi sementara, nanti kami harus menggantinya uang talangan itu. Disebutkan Kesediaan Bank Mandiri karena Bapak Menpora yang akan bertanggung jawab untuk pengembalian dana talangan tersebut,” lanjut sumber.

“Tapi mas, yang tanggung jawab memang Menpora, tapi yang harus kembalikan dana talangan itu kami. Aduh mas, sampai bos Saya Bpk Darius bilang daripada nama EO kita jelek gara gara amburadulnya kinerja Tim Transisi dan Kemenpora itu, beliau akan keluarkan dana pribadinya, itupun masih belum cukup untuk pelunasannya. Itulah yang membuat kami semua (Pengurus EO PT Cataluna) pada pusing semua. Kalau tahu jadinya begini, seharusnya kami tidak menawarkan diri ke Tim Transisi. Tapi apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur,” ungkap sumber yang juga menjadi salah satu bagian dari manajemen EO PT Cataluna tersebut.

Sumber tersebut meminta rekan kami jurnalis yang juga sebagai sesama crew Tim Revolusi PSSI untuk tidak mengungkapkan jati dirinya tersebut, khawatir akan mempengaruhi karir pekerjaannya tersebut.

“Tolong mas, saya minta identitas saya dirahasiakan. Saya punya istri dan anak. Kalau ketahuan saya yang bicara ini, akan menjadi masalah besar bagi tempat saya kerja ini (PT Cataluna Sportindo) , bisa bisa karir pekerjaan saya tamat. Apalagi ini berhubungan dengan Pemerintah.” ungkap sumber tersebut.

Ketika ditanya mengapa dirinya mau mengungkapkan hal tersebut, sumber menjelaskan bahwa dengan adanya pemberitaan ini dapat membuat orang atau perusahaan yang mau menyumbangkan dana untuk membantu PT Cataluna tersebut.

“Saya bocorkan ini, selain agar dapat diketahui kebenaran, juga siapa tahu dapat menggugah perusahaan perusuahaan untuk bersedia menjadi sponsor membantu pendanaan kami di Piala Kemerdekaan ini,” pungkas sumber dari pihak Event Organizer PT Cataluna Sportindo yang menjadi operator pelaksana even Turnamen tersebut.

Bocoran dari PT Cataluna Sportindo sekaligus menjawab mengapa hingga saat ini Tim Transisi dan Kemenpora menutup nutupi dan tidak mau mengungkapkan siapa Sponsor resminya dan Televisi yang diklaimnya sudah membeli hak siar Turnamen Piala Kemerdekaan. Padahal sebelumnya Menpora Imam Nahrawi jelas jelas telah menyatakan akan terbuka TRANSPARAN memberitahukan siapa sponsor dan hak siar Turnamen kepada publik sebelum Turnamen Piala Kemerdekaan dimulai. Malah Menpora sempat mengklaim bahwa ada 4 stasiun TV yang berebut Piala Kemerdekaan.

Tapi justru yang terjadi sama sekali tidak sesuai dengan gembar gembor oleh Menpora Tersebut, karena ternyata hanya 3 stasiun Televisi yang bukannya berebut, tapi hanya memantau dan layak atu tidaknya Piala Kemerdekaan untuk disiarkan. Dan ternyata dari hasil pantauan 3 Stasiun Televisi pada sepakat PIala Kemerdekaan tidak layak untuk disiarkan kecuali PSMS Medan.

Karena Tim Transisi menolak syarat dari salah satu stasiun Televisi, Kompas TV, akhirnya tidak ada stasiun Televisi nasional yang mau menayangkan Piala Kemerdekaan tersebut, sehingga Kemenpora memaksa TVRI untuk menayangkan Turnamen tersebut, itupun hanya dimulai dari babak perempat final bukan di babak Penyisihan demi menyelamatkan wajah Menpora yang sudah terlanjur buruk tersebut. Memang seperti biasa ucapan pernyataan Menpora Imam Nahrawi selalu berbeda dengan tindakannya tersebut.

Posted from WordPress for Android

Leave a comment